Tempat Itu Bernama “Benteng Penyiksaan”

Pusat Interogasi milik milisi Abbas di Hebron, ada di dalam tembok gubernuran. Orang-orang menyebutnya “benteng” atau “benteng penyiksaan”. Yang dikelilingi oleh armada keamanan sangat ketat, pos-pos pemeriksaan dan pengawasan dari semua penjuru. Kader Hamas dan para pendukungnya yang diculik milisi Abbas dibawah ke tempat tersebut sebagai transit kedua dari proses penahanan dan interogasi, setelah selesai tahap pertama di pos-pos penahanan milik milisi Abbas yang tersebar di seluruh penjuru Hebron, Dura, Halhul, Yata, Tafuh dan yang lainnya.
Keistimewaan yang dimiliki pusat penahanan di Hebron ini adalah adanya sejumlah besar sel di dalamnya. Di setiap sel mendekam satu orang tahanan. Bidang interogasi di dalam tahanan ini tunduk pada orang-orang yang di kenal dengan nama “Adam”. Mereka adalah para penjaga tahanan yang melakukan tugas pemindahan tahanan, penutupan sel dan yang lainnya.
Pusat tahanan ini juga dikenal dengan kerasnya intimidasi dan penyiksaan di dalamnya. Para penyidik (interogator) di dalam tahanan ini dan juga anggota milisi Abbas, memperlakukan para korban penculikan dengan berbagai macam cara “dengan cara mereka khusus”, di mana milisi Fatah mempraktekkan segala jenis penyiksaan di dalamnya.
Begitu seorang korban penculikan tiba di “benteng penyiksaan”, mereka langsung memukulinya, mengintimidasi dan melecehkannya. Kemudian ditempatkan dalam kondisi yang sangat sulit. Dia dimasukkan ke dalam sel yang luasnya tidak lebih dari 1x1,5 meter tanpa ranjang atau selimut. Sel-sel ini sangat lembab, tidak ada sinar matahari yang masuk, hampir-hampir tidak ada udara di dalamnya. Korban berada di dalam sel betul-betul terisolasi total dri dunia luar di sekitarnya.
Di samping kerasnya kondisi sel sendiri, korban juga mengalami intimidasi fisik dan non fisik berupa cacian dan umpatan, pukulan, pelecehan, ancaman dan diikat dalam kondisi sangat menyakitkan. Seperti dua kali yang diikat kuat ke belakang di bawah kursi kemudian mendorong tubuh korban ke belakang, memanfaatkan sakit korban atau luka yang dialaminya untuk melakukan tekanan dan ancaman pembunuhan terhadapnya, atau penculikan anggota keluargnya, serta menggunakan cara-cara penyiksaan sangat keras tehadap tubuh korban, di larang tidur dalam jangka waktu sangat lama.
Di antara cara-cara penyiksaan yang juga digunakan di dalam penjara ini adalah dengan mengikat korban dalam tempo sangat lama, yaitu dengan mengikat kedua tangan korban ke belakang dan memaksanya duduk di atas kursi kecil yang membuatnya merasa angat kesakitan di bagian punggung dan tulang belakang, korban ditinggalkan dalam keadaan terikat seperti itu selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Ada juga cara penyiksaan yang dikenal kotor. Yaitu dengan meletakan korban di sebuah ruangan di atas penjara. Di ruangan itu ada lubang kecil dari seluruh sisinya, dikenal dengan nama “tsalajah” (kulkas). Korban ditinggalkan dalam ruang kecil tersebut selama berjam-jam mendapatkan jenis penyiksaan yang sangat keras, karena ruangan itu sangat dingin sekali.
Milisi Abbas menutup akses media atas apa yang terjadi dalam pusat penahanan di seluruh kota Tepi Barat. Namun pembungkaman media ini menemui kegagaan. Karena puluhan korban penculikan terpaksa harus dibawa ke rumah sakit akibat kondisi kesehatan mereka yang terus memburuk akibat penyiksaan keras.
Selain itu, korban-korban meninggal yang berjatuhan di dalam penjara milisi Fatah juga turut menyingkap cara-cara penyiksaan kotor yang dilakukan dinas keamanan otoritas Ramallah terhadap para aktivis Palestina dan pejuangnya.
Laporan Penyiksaan Bermunculan
Organisasi pemantau HAM “Human Right Watch” meminta otoritas Fatah di Ramallah melakukan penyelidikan secepat mungkit atas penyiksaan dua korban penculikan selama bulan lalu di penjara Jericho. Human Right Watch meminta agar mereka yang bertanggung jawab diajukan ke pengadilan. Dua persoalan ini dinilainya hanya di antara 100 lebih kasus yang tercatat selama tahun ini.
Sebelumnya anggota milisi Abbas telah menculik dan menahan Ali Ahmad Salhab, teknisi mobil berusia 4 tahu asal Hebron. Pada 16 Oktober, mereka membawa korban ke rumah sakit di Hebron setelah kondisinya sakit di tulang belakangnya terus-menerus memburuk dan kondisi kejiwaannya sangat buruk. Dia mengatakan kepada Human Right Watch bahwa sebabnya adalah penyiksaan di saat penahanan.
Korban kedua berinisial (MB), yang tidak mau disebutkan namanya. Dia ditangkap pada 16 September lalu dan awalnya ditahan pusat penahanan dinas keamanan Fatah di Hebron. Kemudian dipindahkan ke Jericho, di mana dia menjalani penyiksaan selama 10 hari. Keduanya dituduh memiliki hubungan dengan gerakan Hamas.
Wakil Direktur Eksekutif Human Right Watch di bagian Timur Tengah dan Afrika Utara, Joe Stork, mengatakan, “Laporan-laporan penyiksaa yang dilakukan oleh dinas keamanan otoritas Abbas terhadap para korban penculikan terus bermunculan. Abbas dan Fayad mengetahui persis hal ini. Keduanya harus bekerja memperbaiki kekacauan ini dengan menerapkan sanksi dan menjamin mereka yang bertanggung jawab diajukan ke pengadilan.”
Pada 31 Agustus 2010, Brigade al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, menyatakan bertanggung jawab atas serangan yang mengakibatkan tewasnya 4 orang Zionis di daerah Hebron. Setelah itu otoritas Fatah menahan ratusan orang Hamas di Hebron yang diduga mereka memiliku hubungan dengan gerakan Hamas.
Salhab dan seorang lagi ditahap secara kasar. Meskipun undang undang Palestina mewajibkan pihak berwenang menunjutkan perintah penangkapan saat melaksanakan penangkapan. Namun mereka yang melakukan penagkapan ini tidak menunjukkan perintah penangkapan baik kepada Salhab atau kepada (MB).
Organisasi HAM Internsional ini mengatakan bahwa otoritas Fatah sangat longgar dalam menindak pejabat keamanan yang terlibat dalam penyiksaan dan perlakukan buruk terhadap tahanan.
Para korban penculikan telah menyampaikan 106 pengaduan penyiksaan kepada lembaga HAM dari Januari hingga September 2010. Sejak Juni 2007, sesuai dengan catatan lembaga HAM internasional ini, milisi keamanan Fatah bertanggung jawab atas meninggalnya 8 tahanan di Tepi Barat saat penahanan mereka.
Dalam konteks yang sama Joe Stork mengatakan bahwa setelah setahun penyiksaan terhadap korban hingga mendekati cacat, milisi Abbas melarangnya mendapatkan perawatan medis dan melakukan penyiksaan kembali. Milisi Fatah menahannya selama berhari-hari setelah mengalami kesakitan dan ketakutan. Dia melanjutkan, “Persoalan menyedihkan ini adalah akibat jelas ketidak mampuan otoritas (Abbas) menghentikan kekacaun dengan menerapkan sanksi kepada siapa saja yang terlibat dalam pelanggaran.”
Kepada Human Right Watch, Salhab mengatakan dia menyaksikan anggota dinas keamanan Abbas mengencangkan ikatan tahanan lain dalam kondisi terentang di penjara Jericho. Setiap kali keluar dari selnya dia melihat antara 4 sampai 5 anggota keamanan yang mengencangkan ikatan korban yang dalam kondisi terentang tangannya dengan ditutup mata dan kedua tangannya diikat ke belakang. Dia juga mendengar suara teriakan korban dari pagi hingga akhir malam.

0 komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR ANDALAH YANG KAMI BUTUHKAN.